Ketika Buku Tidak Memiliki Daya Tarik Lagi


Ketika Buku Tidak Memiliki Daya Tarik Lagi

Karya: Yayan Triyana



Aku merasa bahwa semakin aku berumur, buku tidak lagi memiliki daya tariknya. Melihat sekumpulan kata yang tersusun, rasanya tidak begitu menarik lagi. Bukannya aku tidak suka membaca, hanya saja aku lebih senang membaca buku bergambar seperti komik. Aku tidak menyukai kalimat panjang yang bertele-tele. Aku lebih menyukai kata-kata sederhana yang memberi kesan di hidup ku. Sebut saja itu adalah quote harian yang biasa aku temui di pinterest. Tidak hanya aku, sebagian besar teman ku pun begitu.

Rasanya sangat lelah jika harus berhadapan dengan berbagai macam baris kata. Bahkan jika diingat hanya sebagian kecil dari bahan ajaran yang masih sangat ku ingat. Jujur saja aku lebih menyukai praktik daripada teori. Aku heran, kenapa masih ada sebagian orang yang senang duduk berlama-lama sambil membaca sebuah buku dihadapannya. Bukankah lebih praktis jika melihat film nya? Kenapa mereka masih memilih untuk membaca novel tersebut?

            Waktu berlalu tanpa aku memedulikan pertanyaan itu. Setelah lulus kuliah, aku menghabiskan liburan ku dengan menonton film dan membaca komik kesukaanku. Baru satu minggu aku menghiasi hari Fresh Graduate ku, aku mulai bosan dengan kegiatan itu. Aku mulai mencari ide baru. Di sela-sela keikutserataanku di CPNS 2018 yang pada akhirnya gagal, aku mencoba membuat komik. Hal sederhana dengan melakukan apa yang kamu sukai. Ah menyebalkan, aku tidak bisa menggambar.

            Aku mencoba hal lain. Mungkin aku bisa menjadi story writer untuk komik ku nanti. Aku pun mulai menggarap novel itu setelah sebulan lamanya. Butuh jeda waktu untuk mengurus CPNS dan novel itu. Part pertama ku, aku sajikan kepada teman-teman ku. Aku juga mulai menulisnya di wattpad dan tinlit. Itu adalah karya pertamaku.

            Karya pertamaku disebut sampah. Hahahahaha, I’m so mad you know? Lalu aku mencoba membaca karya orang lain. Astaga, mereka luar biasa keren. Aku mengagumi mereka. Mereka bisa menarik perhatian hanya dari bagian pembuka dan terus kosisten di bagian selanjutnya. Eh, tunggu? Rasanya aku mengkhianati perkataanku di awal tadi. Ah seperti ini rasanya membaca berjam-jam lamanya. Aku mulai mengikuti akun-akun terkait info menulis. Aku memberanikan diri mengikuti lomba cerpen di salah satu penerbit. Sepertinya karya ku pun sampah. Ah aku pesimis kembali.

            Aku juga melihat beberapa poster lomba menulis. Ternyata masih banyak dari mereka yang giat menulis novel. Aku sangat tahu itu, novel sangat membangkitkan imajinasi. Aku tersadar, bahkan film sekeren Harry Potter pun awalnya adalah sebuah imajinasi yang dituangkan di atas kertas. Film yang bisa mempengaruhi orang lain menjadi lebih baik adalah film yang luar biasa. Semua film berawal dari cerita, di atas kertas maupun lisan, fiksi maupun realita. Aku kini, ingin menjadi bagian dari penggerak hati itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Scenery BTS V

Review Game Webelinx: Amnesia (Part 4)

Black Is Awesome